Oleh Zamris Habib
Pendahuluan
Suku Indian kuno menggunakan asap dalam menyebarkan simbol informasi kepada khalayak, hal ini diadaptasi oleh militer untuk memberikan informasi tentang keberadaan mereka dengan menggunakan semacam alat yang bisa mengeluarkan asap aneka warna. Penyampaian informasi melalui burung merpati juga digunakan untuk mengirimkan pesan. Tujuannya adalah agar informasi tersebut bisa sampai dengan cepat dan tepat sasaran. Ada beberapa prinsip yang terdapat dalam budaya informasi. Pertama, informasi itu selalu ada serta tidak bisa dibendung dalam artian sekecil apapun karena peristiwa yang terjadi adalah informasi. Kedua, rasa ingin tahu yang ada dalam diri manusia membuat informasi akan selalu dicari. Ketiga, sifat dasar manusia yang ingin berinteraksi dan berkomunikasi dengan manusia lain membuat informasi dengan mudah dapat menyebar baik dalam bentuk percakapan maupun pemberitahuan.
Era informasi merupakan istilah populer untuk merujuk kepada periode sekarang ini, dimana komunikasi dan teknologi informasi telah memainkan peran yang semakin penting dalam masyarakat kita. (Ruben dan Stewart 1998:35). Internet membuat budaya informasi bergeser dari budaya informasi nyata menjadi budaya informasi virtual. Ini terlihat dengan bergantinya budaya berkirim surat dengan budaya berkirim e-mail. Kita tidak perlu lagi berkumpul di warung kopi seperti konsep ruang publik yang di gagas Habermas. Semuanya sekarang bisa dilakukan di dunia maya bahkan komunitas di dunia maya ini lebih bervariasi dengan komunitas yang ada di dunia nyata. Lihat saja fenomena twitter, bagaimana orang bisa kecanduan informasi yang tak ingin terlewatkan setiap menit walaupun itu adalah informasi yang sifatnya personal.
Sekarang ini, menurut para ahli, umat manusia sedang berada dalam masa peralihan. Dunia tidak lagi sepenuhnya berada pada era industri, melainkan sudah lebih dari itu. Berbagai sebutan diciptakan untuk menyebut masa yang sedang memastikan bentuknya ini. Ada yang menamakannya era pasca-industri. Ada yang memberi julukan abad globalisasi. Pendeknya, bermacam istilah telah digunakan untuk menggambarkan suatu perubahan besar yang tengah melanda kehidupan manusia dewasa ini. Meski perubahan itu terasa di berbagai sektor kehidupan, namun sumber utamanya dapat dikatakan bertolak dari kemajuan teknologi, khususnya teknologi informasi dan komunikasi.
Perkembangan Media dan Teknologi Komunikasi
Everett M. Rogers (1986) dalam Bungin (2011:11) dalam bukunya Communication Technology; The New Media in Society, mengatakan bahwa dalam hubungan komunikasi di masyarakat, dikenal empat era komunikasi, yaitu: era tulis, era media cetak, era media telekomunikasi, dan era media komunikasi interaktif. Dalam era terakhir media komunikasi interaktif dikenal media computer, videotext, dan teletext, teleconferencing, TV kabel, dan sebagainya. Sementara itu Sayling Wen (2002) dalam bukunya Future of the Media, melihat media dalam konteks yang lebih luas, tidak saja melihat media dalam konsep komunikasi antar-pribadi, namun juga melihat media sebagai medium penyimpanan, selain ia melihat media sebagai medium informasi. Enam media hubungan antarpribadi yang dimaksud oleh Wen adalah suara, grafik, teks, musik, animasi, video. Sedangkan media penyimpanan adalah buku dan kertas, kamera, alat perekam kaset, kamera film dan proyektor, alat perekam video dan disk optikal.
Televisi
Televisi adalah sebuah media telekomunikasi terkenal yang berfungsi sebagai penerima siaran gambar bergerak beserta suara, baik itu yang monokrom (hitam-putih) maupun berwarna. Kata “televisi” merupakan gabungan dari kata tele (“jauh”) dari bahasa Yunani dan visio (“penglihatan”) dari bahasa Latin, sehingga televisi dapat diartikan sebagai “alat komunikasi jarak jauh yang menggunakan media visual/penglihatan.”
Menurut Roudhanah Televisi adalah alat komunikasi yang mempunyai sifat auditif (dapat didengar ) dan juga visual (dapat dilihat). Sehingga dengan dua sifat tersebut mampu menyerap penonton televisi (TV) semakin banyak, apalagi pada saat ini siarannya hampir 24 jam dan channelnya sudah banyak pula, serta acara-acaranya dikemas dengan sedemikian rupa yang mampu menyedot penonton hampir tidak mampu meninggalkan televisi.
Menurut Wawan Kuswandi, televisi tampaknya telah diasosiasikan dengan pesan (yang berbeda dan selalu diingat), organisasi (kompleks dan besar), distribusi (sumber universal bagi semua), teknologi tinggi dengan profesi baru (pembuat berita/cerita televisi), bintang televisi serta pembawa acara televisi.
Sejarah Perkembangan Televisi
Menurut J.B. Wahyudi, pada hakikatnya, media televisi lahir karena perkembangan teknologi. Bermula dari ditemukannya electrische teleskop sebagai perwujudan gagasan seorang mahasiswa dari Berlin (Jerman Timur) yang bernama Paul Nipkov, untuk mengirim gambar melalui udara dari satu tempat ke tempat lain. Hal ini terjadi antara tahun 1883-1884. Akhirnya Nipkov diakui sebagai ‘Bapak’ Televisi. Kemudian pada tahun 1884 ketika Paul Nipkow dari Jerman menemukan suatu alat yang dapat mengubah gaambar secara optikal menjadi garis-garis paralel dengan berbagai intensitas, karena pada awalnya televisi adalah proses merekam dan mengirimkan gambar-gambar seperti itu melalui sel-sel selinium. Kemudian pada tahun 1924, Vladimir Kosma Zworykin menemukan Ikonoskop yang dapat memproyeksikan gambar ke layar berupa sel-sel fotoelektrik yang berada di dasar sebuah tabung katoda. Ikonoskop inilah yang menjadi cikal bakal tabung televisi modern yang digunakan saat ini.
Teknologi ini tampak sederhana. Sebuah kamera mengambil cahaya yang direfleksikan dari subjek yang bergerak dan mengubah cahaya itu menjadi elektron. Elektron itu dipindahkan dengan cepat dalam garis-garis horizontal di layar. Elektron itu bergerak berurutan maju mundur dengan amat cepat sehingga seperti menunjukkan gerakan gambar yang diambil oleh kamera tadi. Seperti dalam teknologi film, sistem ini ‘membekukan’ gerakkan pada interval sepersekian detik dan kemudian menggerakkannya lagi untuk menciptakan ilusi gerak yang disebut fenomena persistensi visi. Namun, ada perbedaan, film menggunakan proses fotografi berbasis kimia. Televisi menggunakan elektronik, bukan kimia, dan gambar yang direkam oleh kamera ditransmisikan secara instan ke tabung penerima.
Perkembangan televisi terus dipacu dalam tahun-tahun berikutnya, karena masyarakat menantikan teknologi ini, sehingga pada tahun 1927, Bell Telephon Company menyiarkan gambar-gambar televisi dari Washington ke New York dengan menggunakan kabel telepon. Setahun kemudian, pada tahun 1928, John Logie Baird melakukan siaran televisi pertama melintasi Atlantik dari London ke New York menggunakan gelombang pendek dan pada tahun 1930, BBC (British Broadcasting Corporation) mulai menyiarkan program-program televisi secara teratur. Pada tahun 1928, sebenarnya John Baird telah membuat sistem televisi bewarna dan Bel Laboratories menciptakan sebuah sistem paralel di Amerika pada tahun 1929 dan pada tahun 1968 Sony Corporation di Jepang mengembangkan TV berwarna Trinitron dengan satu tabung warna dan sebuah grid yang memungkinkan spektrum warna yang lebih luas dapat ditampilkan di layar.
Fungsi Televisi dalam Komunikasi Massa
Fungsi televisi sama dengan fungsi media massa lainnya (surat kabar dan radio), yakni memberi informasi, mendidik, menghibur dan membujuk. Tetapi fungsi menghibur lebih dominan pada media televisi sebagaimana hasil penelitian-penelitian yang dilakukan oleh mahasiswa Fakultas Ilmu Komunikasi (UNPAD), yang menyatakan bahwa pada umumnya tujuan khalayak menonton televisi adalah untuk memperoleh hiburan, selanjutnya untuk memperoleh informasi.
Komunikasi yang dilakukan dengan menggunakan televisi mempunyai dua fungsi, yaitu:
1.Fungsi terhadap masyarakat, yang menurut Lasswell dan Wright (1975) menyebutkan dengan empat macam fungsi, yaitu:
a.Pengawasan lingkungan.
b.Korelasi antar bagian di dalam masyarakat untuk menanggapi lingkungannya.
c.Sosialisasi atau pewarisan nilai-nilai serta norma-norma dari suatu generasi ke generasi yang berikutnya atau dari suatu kelompok masyarakat terhadap para anggota kelompoknya yang baru.
d.Hiburan.
2.Fungsi terhadap individu. Menurut Samuel L. Becker (1985) mempunyai 8 fungsi, yaitu:
a.Pengawasan atau pencarian informasi.
b.Mengembangkan konsep diri.
c.Fasilitas dalam hubungan sosial.
d.Substitusi dalam hubungan sosial.
e.Membantu melegakkan emosi.
f.Sarana pelarian dari ketegangan dan keterasingan.
g.Sebagai bagian dari kehidupan rutin.
Potensi Media Massa Islam
Media massa Islam pada tahap perkembangan dewasa ini belum memiliki kekuatan untuk menyaingi kekuatan jaringan media massa Barat. Media massa Islam pun masih terintegrasi ke dalam sistem media massa Negara-negara yang sedang berkembang dengan segala kelemahannya.
Memang menurut analisis penulis melihat kenyataan yang ada saat ini, media komunikasi massa masih dikuasai oleh Barat atau kaum non Islam. Namun demikian tidak menutup kemungkinan bahwa suatu saat Islam akan bisa menguasai media komunikasi massa, sehingga Islam dapat memperluas sayap dakwahnya ke seluruh penjuru dunia tanpa ada hambatan. Islam memang seharusnya menguasai media komunikasi, karena Islam adalah agama mayoritas di bumi ini. Jangan sampai Islam mudah dijatuhkan atau diporak-porandakan oleh kaum-kaum yang membenci Islam. Namun demikian untuk mencapai hal itu diperlukan proses dan pemikiran keras dari penganut Islam itu sendiri. Lembaga pertukaran berita diantara Negara-negara Islam yang belum lama ini terbentuk (The Muslim News Exchanges) masih belum bisa dipastikan masa depannya. Itu adalah salah satu bentukan media massa Islam yang masih dalam tahap perkembangan menuju suatu lembaga yang diakui dunia.
Yang terpenting adalah media itu adalah dikelola oleh organisasi atau wadah Islam, dengan policy berdasarkan ajaran agama Islam. Karena masih lemahnya dalam hal sumber daya, manajemen dan keterampilan jurnalistik dari lembaga-lembaga media massa di Dunia Ketiga, maka media Islam perlu dibantu dengan komunikasi sosial. Khususnya untuk melawan arus informasi dan bahan-bahan hiburan yang merusak nilai-nilai agama. Menurut Prof. Becker (1987: 412) satu-satunya cara untuk melawan pengaruh komunikasi massa mancanegara adalah mengontrol para petugas, pemilik atau pengasuhnya dan memperkuat komunikasi sosial. Yang dimaksud ialah anggota-anggota keluarga perlu senantiasa ditopang dengan informasi yang membuat mereka memiliki sikap selektif yang kuat terhadap arus informasi dari media massa. Dengan kata lain, menurut mahaguru ilmu komunikasi dari Barat itu: “ First, you must control your own behavior, making conscious choices in your uses of media; second, you must actively pressure those who operate the media and those who influence the operators to make available the kinds of services you and others in this heterogenous society need”.
Peluang Dakwah Lewat Media Televisi
Dakwah melalui media televisi saat ini telah mempunyai tempatnya sebagai sebuah program rutin yang ditayangkan hampir disetiap televisi swasta maupun pemerintah. Bagi dunia pertelevisian, walaupun dari sisi profit oriented tidak menguntungkan, namun dakwah melalui program-program televisi tetap dikemas sedemikian menarik, sehingga banyak pemirsa/penonton yang menonton program tersebut dan menjadikan sebagai program favorit bagi kalangan tertentu yang haus dengan ilmu agama Islam.
Televisi menyebabkan penonton menjadi kosmopolit. Adanya budaya media, pada umumnya menjelaskan interdependensi manusia kepada media massa untuk memperoleh informasi dan hiburan. Dalam hal ini, juru dakwah dapat mengemas suatu siaran atau program acara semenarik mungkin, sehingga penonton tidak lari dari depan kaca televisi, ketika program yang kita buat berjalan.
Saat ini banyak sekali televisi komunitas yang bermunculan di Indonesia. Dan tentunya hal ini merupakan kesempatan bagi juru dakwah dalam mengembangkan sayap dakwahnya melalui media televisi. Untuk itu perlu suatu kemasan acara yang menarik perhatian penonton agar program dakwah di televisi mendapatkan tempatnya di masyarakat. Harus juga disesuaikan dengan budaya yang sedang populer di masyarakat agar program acaranya juga tetap mendapatkan perhatiannya di masyarakat dan relevan terhadap yang terjadi di masyarakat. Dalam hal ini sesusai dengan teori jarum hipodermik, yaitu teori mengenai proses terjadinya efek media massa yang sangat berpengaruh.
Model Komunikasi Islami dalam Media Televisi
Jika diambil model komunikasi yang paling elementer dari Aristoteles (384-322 SM) yang disebut rhetorica atau seni berbicara untuk memengaruhi pendengar, maka kelihatan ada tiga komponen dalam proses komunikasi, yakni pembicara (rhetor), pesan dan komunikan. Meskipun tidak disebut secara eksplisit tentu saja terdapat pula saluran, efek dan arus balik. Saluran adalah jalan yang menyalurkan atau yang dilalui oleh pesan sehingga pesan itu bisa mencapai komunikan. Jadi saluran adalah jalan yang menghubungkan antara komunikator dan komunikan. Saluran itu bermacam-macam. Mulai dari ruangan (udara) sampai kepada (gerakan) anggota-anggota badan, tangan, lengan, telunjuk, (sorot) mata, gerakan kening, alat tulis yang dipegang si pembicara, dan sebagainya. Dengan demikian saluran pesan bisa juga berfungsi sebagai isyarat komunikasi atau merupakan pesan itu sendiri (nonverbal atau metakomunikasi). Juga semua gerakan tubuh dan sebagainya tersebut dapat merupakan arus balik dari penerima pesan. Perlu diketahui bahwa feedback dalam rhetorica sifatnya mendukung maksud komunikator karena komunikasi retorika adalah model arus pesan satu arah.
Peranan ideal media sebagai sarana pembelajaran dan pendidikan agar masyarakat kian memiliki sikap kritis, mandiri dan kedalaman berfikir tidak sepenuhnya bisa terwakili. Karakter dari media massa seperti televisi lebih menuntut pengorganisasian kerja yang menekankan ketepatan waktu, kelenturan adaptif dan keuntungan finansial. Karena itu, pragmatisme ekonomi telah memaksa media menerapkan logika model. Lebih kepada yang superficial, sensasional, spektakuler, namun sungguh tidak esensial. Setelah melihat sebegitu banyak sisi negatif televisi, baik dari sejarah awal berdirinya televisi Indonesia, belum adanya undang-undang penyiaran yang ideal, visi-misi televisi yang hilang karena hanya mengejar profit serta rating dan program televisi yang tak bermutu. Apakah kita akan mengatakan bahwa televisi haram untuk ditonton dan harus dilempar dari rumah kita? Televisi sama halnya dengan radio, surat kabar dan majalah. Semua itu hanyalah alat atau media yang digunakan untuk berbagi maksud dan tujuan. Sehingga baik-buruk, halal-haram tergantung pada kita. Bahkan televisi dapat saja menjadi media pembangun dan pengembang pemikiran, ruh, jiwa, akhlak dan kemasyarakatan lebih cepat dan dalam pengaruhnya ditimbang media-media lain.
Untuk mendirikan sebuah stasiun televisi dakwah dengan mempertimbangkan berbagai aspek kekuatan umat Islam diantaranya; kualitas SDM, kekuatan modal, kesatuan ide dan kekonsistensian dalam berjuang, yang mungkin untuk saat ini sulit untuk dimiliki oleh umat Islam. Maka paling tidak, umat Islam terutama para dai dan Ormas-ormas Islam harus mewujudkan hal-hal sebagai berikut:
1. Merevitalisasi kiprah KPI (Komisi Penyiaran Indonesia) sebagai pemegang otoritas pengawasan penyiaran independen dan mewakili masyarakat.
2. Mendesak pemerintah sebagai pemegang kebijakan untuk membuat Undang-Undang Penyiaran yang ideal dan bermoral serta menentukan sanksi-sanksi bagi stasiun televisi yang melanggar Undang-Undang Penyiaran.
3. Mengkader sarjana-sarjana ahli komunikasi untuk menjadi Broadcaster yang bermoral. Seperti yang sudah dijalankan oleh Muhammadiyah melalui perguruan tingginya.
4. Menyemarakkan televisi kampus, meski hanya dengan lingkup yang lebih kecil dan spesifik. Namun televisi kampus merupakan media alternatif sekaligus pelatihan bagi para calon broadcaster muslim yang profesional dalam regulasi media penyiaran.
Dakwah Melalui Televisi
Pemanfaatan media dalam berbagai kegiatan dakwah memungkinkan komunikasi antar da’i dan mad’u menjadi lebih dekat. Untuk itu, keberadaan media dakwah menjadi hal urgen mengingat dakwah melalui media akan lebih memudahkan da’i dalam menyampaikan pesan.
Masyarakat masa kini adalah masyarakat plural yang berkembang dengan berbagai kebutuhan praktis, sehingga kecanggihan teknologi mau tidak mau akan menghadapi dan menjadi idaman dalam kehidupan masyarakat. Dengan demikian, media dakwah merupakan wasilah bagi keberhasilan dakwah yang dilakukan.
Komunikasi dengan menggunakan media massa saat ini memiliki pengaruh yang sangat besar dalam merubah masyarakat dengan keberadaan media massa seperti televise, radio, surat kabar, majalah, dan intenet. Menurut Soejono Soekanto mengatakan bahwa “perubahan pada masyarakat dunia saat ini merupakan gejala normal yang telah memengaruhi dan menjalar dengan cepat menembus bagian-bagian dunia lainnya karena adanya komunikasi modern”.
Dengan demikian, perkembangan teknologi yang sangat cepat ini dapat mempermudah manusia untuk berhubungan antara satu sama lainnya. Diantara media massa yang mengalami kemajuan pesat dan saat ini telah menarik banyak khalayak adalah televisi. Hal ini dikarenakan televisi memiliki peran yang sangat signifikan dan pengaruh yang luas.
Pada dasarnya televisi bersifat netral. Dia bisa mendidik jika dimasuki unsur-unsur pendidikan yang baik. Bisa juga merusak moral bangsa apabila tayangan-tanyangan di televisi hanya berbau hiburan yang tidak mengedepankan moral. Televisi juga hampir ada disetiap tempat, baik rumah, kantor atau kamar. Oleh karena itu pesan-pesan dakwah akan cepat tersosialisai apabila dakwah menggunakan media yang satu ini. Seorang mubaligh yang berdakwah menggunakan media ini harus mampu menyesuaikan diri dengan karakteristik kamera serta peralatan lainnya. Seperti cahaya (lighting) yang tersorot ke wajahnya. Ketidakbiasaan berbicara didepan cahaya lampu yang ribuan watt akan menjadikan mubaligh terasa kaku/langgeng. Kekakuan didepan kamera membawa dampak tegang dan tidak santai. Sehingga berakibat pesan dakwah yang disampaikan tersendat-sendat. Bagi seorang mubaligh yang bertabligh melalui televisi juga harus memperhatikan suara, busana dan yang tidak kalah penting adalah body language. Berdakwah di depan kamera harus diibaratkan berbicara akrab dengan seorang teman yang ada di depannya. Da’i adalah salah satu faktor dalam kegiatan dakwah yang menempati posisi yang sangat penting dalam menentukan berhasil tidaknya suatu kegiatan dakwah. Untuk itu seorang da’i juga harus mengetahui bagaimana karakteristik pesan televisi, bahasa yang digunakan harus relatif singkat dan mudah dipahami. Dan pemilihan Maddah (materi dakwah) juga harus benar-benar diperhatikan. Karena mad’u dakwah melalui televisi sangat luas dan heterogen.
Dakwah Islam harus bersifat universal dan merangkul semua media. Agar ajaran Islam lebih membumi dan bukan hanya sebagai pengetahuan belaka. Dakwah melalui televisi merupakan keniscayaan karena:
1. Melalui televisi, memungkinkan setiap muslim berdasar kemampuan dan kondisi yang ada dapat melaksanakan peran dakwahnya.
2. Semakin banyak warga masyarakat muslim yang tidak dapat lagi terjangkau oleh dakwah konvensional.
3. Dakwah akan lebih efektif karena proses komunikasi akan dapat terlaksana lebih intensif, lebih menarik, dan untuk kondisi tertentu lebih realistik.
4. Dakwah mampu menjalankan obyek dakwah di kalangan atas yang tidak mungkin mengunjungi forum pengajian konvensional.
Oleh karena itu, ini adalah kesempatan bagi seorang juru dakwah yang ingin memperlebar sayap dakwahnya tidak hanya di masjid-masjid atau surau-surau tetapi ke seluruh pelosok negeri tanpa harus mengunjungi daerah itu. Dan juga menyesuaikan dengan keadaan objek atau mitra dakwah dalam hal ini adalah mad’u terhadap kesibukkannya, karena dakwah melalui televisi juga bisa diulang kembali acara siarannya, sehingga yang tadinya tidak sempat menonton bisa menonton acara siaran ulangnya.
Selain itu karena saat ini harga barang elektronik yang begitu murah dan bisa dijangkau oleh lapisan masyarakat menengah bawah, berarti saat ini masyarakat dapat menyaksikan acara-acara televisi dengan bebas tanpa harus menumpang nonton ke tetangga, dan hal ini juga bisa kita arahkan sebagai juru dakwah agar menonton acara-acara yang bermanfaat terutama yang berkaitan dengan dakwah.
Internet
Dari serangkaian teknologi baru yang memusingkan, internet muncul dipertengahan 1990-an sebagai medium massa baru yang amat kuat. Apakah internet itu? Ia adalah jaringan kabel dan telepon dan satelit yang menghubungkan komputer. Hampir semua orang di planet ini yang memiliki komputer bisa masuk ke jaringan. Dengan beberapa kali mengklik tombol mouse kita akan masuk ke lautan informasi dan hiburan yang ada di seluruh dunia.
Istilah internet berasal dari bahasa latin inter, yang berarti “antara”. Secara kata per kata internet berarti jaringan atau penghubung. Internet dapat diartikan sebagai jaringan komputer luas dan besar yang mendunia, yaitu menghubungkan pemakai komputer dari suatu negara ke negara lain di seluruh dunia, dimana di dalamnya terdapat berbagai sumber daya informasi dari yang mulai statis hingga yang dinamis dan interaktif.
Menurut Wikipedia, Internet (kependekan dari interconnection-networking) ialah sistem global dari seluruh jaringan komputer yang saling terhubung menggunakan standar Internet Protocol Suite (TCP/IP) untuk melayani miliaran pengguna di seluruh dunia. Manakala Internet (huruf ‘I’ besar) ialah sistem komputer umum, yang berhubung secara global dan menggunakan TCP/IP sebagai protokol pertukaran paket (packet switching communication protocol). Rangkaian internet yang terbesar dinamakan Internet. Cara menghubungkan rangkaian dengan kaedah ini dinamakan internetworking.
Sejarah Perkembangan Internet
Internet berasal dari jaringan computer Departemen Pertahanan AS yang diciptakan pada 1969 yang disebut ARPAnet, singkatan dari Advanced Research Project Agency Network. Pentagon membangun jaringan untuk bertukar informasi dengan kontraktor militer dan universitas yang melakukan riset militer. Pada 1983, National Science Foundation, yang diberikan tugas mempromosikan sains, mengambil alih proyek ini.
Pada 1996, internet telah tumbuh dengan lalu lintas data yang padat. Para teknisi jaringan universitas mendesain backbone berkecepatan tinggi untuk menghubungkan jaringan-jaringan riset. Jaringan ini dinamakan internet2, dan mulai dijalankan pada 1999, membawa data dengan kecepatan 2,4 GB perdetik – empat kali lebih cepat ketimbang pendahulunya. Konsorsium yang memiliki internet2 mencakup 203 universitas riset, 526 akademi, dan 551 komunitas universitas. Penggunaannya tak lagi sekedar berbagi informasi tetapi juga pembelajaran jarak jauh. Bahkan dengan upgrade sampai 10 GB perdetik pada tahun 2003, tetap terjadi kepadatan arus data.
Seperti yang dijelaskan oleh Sayling Wen (2001) dalam Bungin (2011), sekarang ini yang terpenting dan paling luas adalah internet, yang menghubungkan komputer-komputer pribadi yang paling sederhana hingga komputer-komputer super yang paling canggih – inilah struktur jaringan computer yang saling berhubungan. Layanan yang diberikan oleh internet mencakup e-mail, Netnews, Telnet, File Transfer Protocol (FTP) dan world wide web (www), di mana yang paling banyak digunakan adalah e-mail serta www. Bagi pengguna teratur, www telah hampir menjadi sama dengan internet. Para pengguna dapat memasuki situs yang diinginkannya dan memilih hubungan dengan suatu topic yang spesifik, sehingga dapat mengakses muatannya seketika. Kalau kita memiliki akses terhadap situs Seednet di http://www.seed.net.tw, kita akan melihat berbagai teks dan grafik. Ketika kita pindahkan kursornya ke “audio and video center” hyperlink dan mengkliknya, kita akan dihubungkan dengan situs lainnya di mana ada pusat film, menara CD jaringan, MTV, dan masih banyak lagi. Lewat hubungan seperti itu, kita dapat dihubungkan dengan tempat mana pun di dunia internet. Perkembangan lain dari internet adalah mesin pencari dan lacak, seperti browsers dan search engines. Melalui mesin ini informasi atau teks dalam situs mana pun dapat dilacak. Ini memiliki fungsi hyperlink multimedia, yang membantu para penggunanya untuk melakukan browsing secara cepat dan sistematis. Para pengguna juga dapat berpindah-pindah di antara hubungan-hubungan yang ada, membaca, mendengarkan, dan mencetak seolah-olah mereka berada di perpustakaan. Lebih dari itu, mereka dapat mencari informasi yang relevan dengan menyaring sekumpulan besar data. Pekerjaan-pekerjaan yang dicari, didukung, dimana yang menerima tidak lagi menerima apa yang diberitakan, melainkan mencari atau mengirimkan informasi yang relevan.
Kelebihan Internet dalam Proses Komunikasi Dakwah
Kekuatan internet, bukan sekadar pada kecanggihan hardware tetapi juga pada kerumitan software-nya. Aplikasi software komunikasi dan kolaborasi koneksi digunakan untuk mendukung komunikasi, koordinasi, dan kolaborasi jaringan yang ada dalam cyber-communication.
Internet berkembang berbagai program lain yang intinya menjadi aplikasi komunikasi antara masyarakat maya. Terutama yang ada hubungan dengan hubungan-hubungan transaksional mereka satu dengan lainnya.
a) Web Site
Internet dioperasikan antara lain melalui aplikasi web. Sehingga seseorang bisa memiliki sebuah ruang dalam dunia maya. Web Site ini diibaratkan seperti rumah seseorang yang dapat ditempati sendiri ataupun ditempati bersama dengan orang lain. Dengan memiliki web berarti seseorang memiliki alamat di Internet.
b) E-Commerce
E-commerce digunakan untuk mendukung kegiatan pembelian dan penjualan, pemasaran produk, jasa, dan informasi melalui Internet atau extranet. E-Commerce umumnya dikelompokkan menjadi dua buah kategori; business-to-business (B2B) dan business-to-consumer (B2C).
c) Blog & Twitter
Perkembangan Internet seperti twitter dan chatting menyebabkan orang dapat melakukan chatting, “ngobrol” berjam-jam dengan seseorang atau kelompok orang di dunia maya. Dengan memiliki blog di internet, seseorang dapat menulis apa saja tentang dirinya dan dapat diaskses oleh siapa saja, walaupun secara privasi blog tidak memberi jaminan keamanan, namun paling tidak dengan memiliki blog seseorang telah memiliki identitas pribadi di dunia maya. Blog terkesan tertutup dan satu arah namun penting untuk memperoleh informasi dan mengenai pribadi seseorang, karena blog adalah representasi kepribadian seseorang di dunia maya.
d) Facebook
Karakter blog yang dingin dan sepi, mendorong lahirnya kelompok social baru didunia maya, seperti facebook, frienster, dan berbagai kelompok social lainnya. Yang paling terkenal adalah kelompok facebook ini karena tokoh-tokoh terkenal didunia juga menggunakan jejaring sosial maya ini sebagai sarana berkomunikasi dengan berbagai orang di dunia.
Dengan menggunakan teknologi web, E-Commerce, Blog, dan facebook seorang juru dakwah dapat membuat suatu ruang baru dalam kegiatan dakwahnya. Dimana ruang baru ini adalah sebagai media alternatif dalam mengembangkan dan menyebarkan informasi mengenai dakwah Islam. Dalam perkembangan teknologi informasi yang semakin tak terbendung, peran juru dakwah dalam mengembangkan dakwahnya melalui dunia maya perlu sekali diaplikasikan agar tidak terjadi kemerosotan nilai moral dalam dunia maya.
Saat ini banyak sekali situs-situs bermunculan baik yang bersifat positif maupun negatif. Untuk situs yang sifatnya positif dan bermanfaat/menguntungkan tidak menjadi masalah apabila publik mengaksesnya, namun situs yang sifatnya negatif dan menimbulkan efek buruk bagi publik perlu sekali mendapat perhatian serius agar tidak mempengaruhi generasi penerus bangsa. Hal ini memang tidak dapat dibendung dalam komunikasi sosial didunia maya, namun hal ini dapat dicegah dengan memberikan pendidikan sejak dini mengenai etika dalam menggunakan internet yang baik dan benar terutama dari kalangan keluarga dan sekolah. Sejalan dengan teori komunikasi dunia maya atau teori cybercommunity terdapat beberapa bagian penting yang perlu menjadi perhatian, yaitu (1) konsep dasar komunikasi digital, seperti dunia maya (cyberspace), virtual reality (VR) komunikasi maya (virtual communities) chat rooms, multi-user domain (MUD), inter-aktivitas, hypertext, dan multimedia; (2) ruang dan wilayah teori komunikasi dunia maya, seperti penentuan agenda (agenda-setting), manfaat dan gratifikasi, pembauran inovasi, kesenjangan pengetahuan, kredibilitas media, dan gagasan McLuhan tentang media baru (new media); dan (3) riset-riset baru pada komunikasi cyber, yaitu media morfosis, riset tentang hypertext, riset multimedia, riset desain antarmuka (komunikasi dua-arah), riset eros digital atau cinta online, riset tentang kecanduan internet, serta riset tentang pemakaian internet dan depresi.
Komunitas dunia maya ini memiliki struktur yang menyerupai kehidupan sosial dunia nyata, sehingga dapat dikatakan sebagai sebagai sebuah teori cybercommunity. Memang bila kita kaji secara mendalam, terjadi suatu interaksi sosial dalam dunia maya, terjadi suatu pertukaran budaya dan juga pertukaran ideologi. Oleh karena itu, ini juga dijadikan sebagai suatu terobosan baru dakwah Islam dalam mengembangkan sayap dakwahnya.
Kelebihan Berdakwah dalam Dunia Maya
Sudah jelas sekali banyak keuntungan yang didapatkan ketika seorang juru dakwah berdakwah lewat dunia maya. Seperti yang kita tahu, saat ini kebutuhan manusia akan informasi sudah menjadi suatu kebutuhan pokok. Orang-orang disibukkan dengan rutinitas kesehariannya sehingga tidak sempat menonton atau membaca berita lewat televisi atau koran, sehingga mereka menggunakan alternatif untuk dapat mengakses informasi lewat internet. Dengan kemudahan itu, maka saat ini informasi bisa didapatkan tanpa harus terikat ruang dan waktu.
Ini adalah kesempatan bagi seorang juru dakwah dalam mengembangkan strategi dakwahnya yang lebih inovatif dan kreatif. Strategi ini diperlukan agar dakwah lewat Internet mendapatkan tempatnya di kalangan masyarakat. Contohnya saja seperti dakwah ustadz Arifin Ilham, dakwah ustadz Jefri al-Bukhari, dakwah ustadz Yusuf Mansur, mereka semua menggunakan Blog dan juga situs jejaring sosial sebagai media dakwah melalui dunia maya. Dan ini juga memudahkan bagi para mad’u untuk bertanya seputar agama kepada situs-situs yang telah dibuat oleh juru dakwah terkenal itu.
Kekurangan Berdakwah dalam Dunia Maya
Di samping kelebihan yang telah dipaparkan di atas tadi, berdakwah melalui Internet juga memiliki kekurangan, yaitu seperti masuknya berbagai situs-situs yang dinilai sesat yang mengatasnamakan agama. Hal ini pastinya menimbulkan suatu kebingungan bagi masyarakat awam yang membuka situs tersebut. Memang perlu ada pembatasan link-link yang mengatasnamakan lembaga atau institusi dakwah agar dakwah lewat internet dapat berjalan dengan baik.
Alasan Berdakwah Lewat Media Internet
Perkembangan dakwah dari berbagai segi memberi keharusan bagi para pelaku dakwah untuk dapat memandang segala bentuk wasilah atau cara yang memberikan keuntungan bagi penyebaran nilai-nilai dakwah. Berikut beberapa alasan yang menjadikan internet layak dijadikan sebagai senjata dakwah;
1. Karakteristik dunia maya yang tak mengenal batas ruang dan waktu. Dunia maya internet merupakan dunia lain yang memiliki berbagai keistimewaan. Termasuk dari segi keluasan jangkauan dari teknologi ini. Peluang ini tentunya akan sangat menguntungkan bagi penyebaran dakwah. Kalau orang bisa berbisnis secara mendunia melalui internet, maka dakwah pun juga dapat disebarluaskan secara mendunia lewat internet.
2. Ruang kemaksiatan yang besar di Internet membutuhkan tandingan. Teknologi ini akan terus berkembang dengan ada atau tidaknya dakwah di dalamnya. Jika dakwah melupakan dan tidak melirik perkembangan teknologi ini, bukan mustahil dakwah dinilai sebagai sesuatu yang kolot dan ketinggalan zaman, baik dari sisi nilai yang dibawakan maupun para subjek pelaku dakwah itu sendiri.
Dakwah Melalui Internet
Dahulu masih tidak begitu banyak yang memanfaatkan internet sebagai alternatif media dakwah. Situs tertua yang ditemui adalah situs Isnet.org yang dikelola oleh aktivis pelajar Islam Indonesia yang sedang belajar di luar negeri. Isnet bisa disebut sebagai pionir komunitas Islam di internet yang notabene diprakarsai oleh pelajar-pelajar Islam Indonesia yang berada di Mancanegara. Basis kekuataannya adalah milis (mailing list) yaitu forum diskusi melalui e-mail, di mana pesertanya dapat berdiskusi secara aktif untuk berbagi topik keagamaan. Selain itu, terdapat juga upaya-upaya untuk membangun jaringan informasi Islam seperti jaringan informasi Islam, yang diprakarsai oleh Pusat Teknologi serba guna Masjid Salman ITB. Media tradisional seperti Hidayatullah dengan hidayatullah.com dan Sabili (sabili.ku.org saat ini sabili.co.id) pun setidaknya sudah memanfaatkan internet sebagai alternatif publikasinya di akhir 90-an itu. Selebihnya adalah situs-situs organisasi seperti al-islam.or.id, kisdi, laskarjihad, dan lain-lain. Paling menarik adalah munculnya situs-situs personal yang menginformasikan tentang Islam sebagai suatu personality page.
Dakwah via internet ini tidak hanya ada pada halaman berbentuk situs atau web, ada juga beberapa kelompok diskusi atau yang lazim disebut milis. Misalnya, milis Sobat Muda yang dipegang Mas Solihin and the gang bisa jadi ajang cuap-cuap plus dakwah buat para penghuninya. Ada juga yang serius macam ISNET yang dikelola beberapa ustadz asal Indonesia yang sedang kuliah di IISTAC Malaysia. Ini milis bisa jadi ajang untuk membedah kesesatan pemikiran orientalis yang juga sedang marak di tanah air.
Dakwah melalui jaringan internet dinilai sangat efektif dan potensial dengan beberapa alasan, di antaranya mampu menembus batas ruang dan waktu dalam sekejap dengan energi yang relatif terjangkau. Pengguna internet setiap tahunnya meningkat drastis, ini berarti berpengaruh pula pada jumlah penyerap misi dakwah.
Para pakar dan ulama yang berada di balik media dakwah via internet bisa lebih konsentrasi dalam menyikapi setiap wacana dan peristiwa yang menuntut status hukum syar’i. Perlu diingatkan pula bahwa keefektifan setiap media dakwah juga sangat tergantung pada kecakapan dan keikhlasan dalam berdakwah.
Beberapa tahun yang lalu kalau kita melakukan pencarian melalui situs pencari paling populer Yahoo.com dan Google dengan kata kunci “Islam”, ribuan situs yang menginformasikan Islam akan ditampilkan. Saat ini, bila kita masukkan kata kunci “Islam” yang muncul adalah puluhan bahkan ratusan ribu situs tentang Islam dari yang dikelola dalam skala personal dan amatir sampai situs yang memang dipersiapkan sebagai media dakwah abad-21 seperti yang dikelola oleh islamonline.net sampai azzam.com yang sangat kontroversial karena dituduh Pemerintah AS sebagai situs propaganda Al Qaida. Situs islamonline.net dikelola oleh Dr. Yusuf Qadharawi seorang ulama Internasional yang terkenal dari Mesir.
Jadi, seperti apa yang digambarkan dalam berbagai cara kerja media yang dapat dilihat setiap waktu, adalah gambaran realitas dalam dunia yang diciptakan oleh teknologi. Sehingga gambaran terhadap sebuah dunia yang lebih indah dan lebih bermakna, hanya ada dalam teknologi media informasi. Realitas itu dibangun oleh para perancang agenda setting media berdasarkan kemampuan teknologi media elektronika serta dipengaruhi oleh lingkungan, budaya, dan pandangan tentang alam sekitarnya. Kemampuan teknologi media elektronika memungkinkan perancang agenda setting dalam hal ini adalah seorang juru dakwah dapat menciptakan realitas dengan menggunakan satu model produksi yang oleh Jean Baudrillard (Piliang, 1998:228) dalam Bungin (2011) disebutnya sebagai simulasi, yaitu penciptaan model-model nyata yang tanpa asal-usul atau realitas awal. Melalui model simulasi, manusia dijebak disuatu ruang, yang disadarinya sebagai nyata, meskipun sesungguhnya semu, maya atau khayalan belaka,
Kesimpulan
Dalam menganalisis hasil tulisan yang telah dipaparkan, penulis mengambil kesimpulan bahwa dakwah tidak hanya harus dilakukan di masjid atau di surau, tetapi dapat dikembangkan lebih luas lagi. Yaitu berdakwah melalui media komunikasi, dalam hal ini adalah televisi dan juga internet. Dakwah melalui dua media komunikasi tersebut merupakan suatu terobosan atau strategi baru dalam mengembangkan sayap dakwah dan juga meng-counter budaya-budaya yang bertolak belakang dengan kebudayaan Islam.
Dengan menggunakan media komunikasi tersebut, dakwah dapat di inovasikan lebih kreatif lagi sehingga tidak ditinggal oleh penonton atau penggemarnya baik melalui televisi maupun lewat Interrnet. Saat ini kecenderungan orang lebih mengarah pada perkembangan teknologi yang begitu berkembang sangat cepat dan semakin canggih, oleh karena itu dakwah Islam perlu hadir di tengah-tengah kemajuan teknologi tersebut agar degradasi moral yang ditimbulkan dari pengaruh buruk teknologi itu dapat diminimalisir.
Terhadap perkembangan teknologi itu, Islam harus hadir dan ikut mewarnai perkembangan teknologi dalam menciptakan inovasi-inovasi terbaru di bidang ilmu pengetahuan agar Islam tidak dipandang sebelah mata. Walaupun kita ikut menggunakan teknologi yang dibuat oleh orang non-muslim, buka berarti kita telah tunduk, tetapi hal ini seharusnya dimanfaatkan untuk menciptakan suatu penemuan yang lebih canggih lagi dari yang digunakan sekarang. Memang tidak dapat dipungkiri, bahwa teknologi saat ini merupakan hasil ciptaan orang-orang non-muslim, tetapi tidak dijadikan alasan bagi Islam untuk tidak menggunakannya, karena tanpa teknologi itu, dakwah Islam tidak dapat berkembang secara luas. Dan suatu saat nanti apabila sudah waktunya Islam bisa menciptakan sendiri teknologi informasi, barulah kita dapat memanfaatkan secara bebas tanpa harus tunduk pada peraturan dunia Barat.
Daftar Pustaka
Jurnal Dialog Kebijakan Publik, “Potensi Sosial Budaya Dalam Membangun Masyarakat Informasi”, edisi 10/ Mei/ tahun IV/2010.
Zulkarimein Nasution, “Perkembangan Teknologi Komunikasi”, (Jakarta: Universitas Terbuka, 2008)
Burhan B ungin, “Sosiologi Komunikasi”, (Jakarta: Kencana, 2011)
Wikipedia, “Televisi”, diakses dari http://id.wikipedia.org/wiki/Televisi,.
Roudhonah, “Ilmu Komunikasi”, (Jakarta, UIN PRESS, 2007), hal.143.
Wawan Kuswandi, “Komunikasi Massa (Sebuah Analisis Isi Media Televisi)”, (Jakarta, Rineka, 1996)
Staubhaar and LaRose, Media Now, Coomunications Media in the Information Age, Wadsworth, Thomson Learning,Belmont, USA, 2000.
Burhan Bungin, “Sosiologi Komunikasi”, (Jakarta, Kencana, 2011)
John Vivian, “Teori Komunikasi Massa”, (Jakarta, Kencana, 2008).
Dedy Mulyana, “Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar”, (Bandung, Rosdakarya, 2003)
Charles Wright,”Sosiologi Komunikasi Massa”, (Bandung, Remadja Karya, 1986)
Sasa Djuarsa Sendjaya, “Pengantar Komunikasi”, (Jakarta, Universitas Terbuka, 1999)
Muis, “Komunikasi Islami”, (Bandung, Remaja Rosdakarya, 2001), hal. 18
Wawan Kuswandi, “Komunikasi Massa”, (Jakarta: Rineka Cipta, 1996), Hal. 33
Yusuf Qardhawi, “Fatwa-Fatwa Kontemporer”, (Jakarta: GIP, 1995), Jilid 1
Husnul Azhar, “Televisi Dakwah”, dikutip dari http://dc219.4shared.com/doc/4Q0X6kQN/preview.html, (diakses tanggal 01-02-2012)
M. Bachri Ghazali, “Dakwah Komunikatif Membangun Kerangka Dasar Ilmu Komunikasi Dakwah”, (Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya, 1997), hal. 2
M. Hasan Tholchah, “Dinamika Kehidupan Religius”, (Jakarta: LF. Putra, 2004), hal. 61
Soejono Soekanto, “Sosiologi Pengantar”, (Jakarta: Rajawali Pers, 1982), hal. 305
The Global Source for Summaries and Reviews, “Televisi Sebagai Media Dakwah”, dikutip dari http://www.google.co.id/#q=fungsi+televisi+dalam+dakwah&hl=id&prmd=imvns&ei=VyQpT9RkismtB6XzjKwB&start=40&sa=N&bav=on.2,or.r_gc.r_pw.,cf.osb&fp=78298ce0179cd043&biw=1366&bih=635 , (Diakses pada 1-02-2012)
Pimpinan Pusat Muhammadiyah, Dakwah Kultural Muhammadiyah, Suara Muhammadiyah, 200
John Vivian, “Teori Komunikasi Massa, Edisi Kedelapan”, (Jakarta: Kencana: 2008), hal. 262.
Octa Haris, “Sejarah Internet”, dikutip dari http://members.tripod.com/octa_haris/index.html,
Wikipedia, “Internet”, dikutip dari http://id.wikipedia.org/wiki/InternetAnneahira, “Perkembangan Dakwah di Era Teknologi”, dikutip dari http://www.anneahira.com/perkembangan-dakwah.htm, (diakses pada 08-02-2012)
Suci, “Internet Media Dakwah Alternatif”, dikutip dari http://www.icus2ays.blogspot.com/2008/04/internet-media-dakwah-alternatif.html,
Amira Mehnaaz, “Dakwah di Dunia Maya”, dikutip dari http://www.gaulislam.com/dakwah-di-dunia-maya.html
0 Response to "Pemberdayaan Potensi TV dan Internet untuk Dakwah"
Posting Komentar