O2SN Asah Ketangguhan dan Sportivitas Siswa

3-7-2013 026
Ilustrasi: Atletik, merupakan salah satu cabang olah raga yang mengasah ketangguhan dan sportivitas siswa.
Makassar (Dikdas): “Melalui O2SN siswa dapat memelihara kesehatan, meningkatkan kecakapan dan ketangguhan dalam bidang olahraga, serta mengembangkan sportivitas.”
Peran pendidikan tidak hanya meningkatkan aspek akademis siswa, tapi juga untuk meningkatkan aspek non akademis. Dengan kata lain, peran pendidikan tidak hanya untuk mangasah kemampuan otak kiri, tapi juga otak kanan. Otak kiri berfungsi dalam hal-hal yang berhubungan dengan logika (Intelligence Quotient, IQ). Sementara otak kanan berfungsi dalam perkembangan Emotional Quotient (EQ), seperti bersosialisasi dengan orang lain dan pengendalian emosi. Pada otak kanan ini pula terletak kemampuan intuitif, merasakan, memadukan, dan ekspresi tubuh, seperti menyanyi, menari, melukis dan olahraga.
Menyadari olahraga merupakan media yang efektif mengasah kemampuan otak kanan siswa, Pemerintah bersama Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia (DPR RI) memasukkan olahraga dalam sejumlah peraturan. Misalkan dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional Nomor 20 Tahun 2003 Pasal 37 Ayat (1) menyatakan bahwa kurikulum pendidikan dasar dan menengah harus memuat pendidikan jasmani dan olahraga. Kemudian Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan Pasal 6 Ayat (1), juga memberi amanah agar kelompok mata pelajaran jasmani, olahraga, dan kesehatan dimuat dalam kurikulum untuk jenis pendidikan umum, kejuruan, dan khusus, pada tingkat pendidikan dasar dan menengah.
Dari dua peraturan itu, Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan kembali menyelenggarakan Olimpiade Olahraga Siswa Nasional (O2SN) di Makassar, Sulawesi Selatan, mulai tanggal 2 s.d 8 Agustus 2015. Melalui kegiatan olahraga yang diikuti ribuan siswa mulai sekolah dasar sampai sekolah menengah atas ini, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan berharap siswa-siswi Indonesia dapat memelihara kesehatan, meningkatkan kecakapan dan ketangguhan dalam bidang olahraga, serta mengembangkan sportivitas.
Sportivitas
Sportivitas adalah bagian dari kepribadian manusia. Sportivitas mempunyai arti, seorang atlet harus memiliki sikap ksatria, adil dan jujur dalam bertindak dan berperilaku terhadap lawan, dan mengikuti peraturan yang telah ditetapkan atau disepakati bersama. Ia bersedia mengakui keunggulan (kebenaran, kemenangan) lawan, dan mengakui kelemahan (kesalahan, kekalahan) diri sendiri.
Sportivitas itu bisa muncul karena ada dorongan dari dalam diri, yang apabila melakukan tindakan seperti anarkis, curang, dan dusta pada saat pertandingan, itu merupakan tindakan yang salah besar. Selain itu sportivitas adalah ajaran dari orang tua, guru, dan lingkungan yang diberikan sejak usia dini.
Dalam dunia sepakbola internasional, ada beberapa contoh tindakan sportif yang patut dicontoh. Pertama, adalah yang dilakukan Paolo Di Canio. Saat itu, West Ham tengah bermain imbang 1-1 melawan Everton di Premier League. Pertandingan sudah memasuki babak akhir dan The Hammers punya peluang mencetak gol lewat Paolo Di Canio yang mendapat umpan silang. Alih-alih menyundul bola ke gawang yang sudah kosong, Paolo Di Canio justru memilih untuk menangkap bola dengan tangannya. Pasalnya, Paolo Di Canio melihat kiper Everton, Paul Gerrard, tengah terkapar di luar kotak penalti karena cedera. Lutut Paul Gerrard terkilir ketika berusaha membuang bola beberapa saat sebelumnya. Pertandingan akhirnya berakhir imbang, dan Paolo Di Canio mendapatkan FIFA Fair Play Award.
Kedua, legenda Jerman dan Bayern Munich, Oliver Kahn, juga pernah memperoleh FIFA Fair Play Award setelah melakukan tindakan simpatik. Saat itu, Bayern Munich menjadi juara Liga Champions setelah mengalahkan Valencia di final. Alih-alih merayakan kemenangan itu bersama rekan-rekannya, Oliver Kahn justru memilih untuk menghibur kiper lawan, Santiago Canizares, yang kecewa berat karena timnya hanya bisa menjadi runner up. Akhirnya tindakan Oliver Kahn ini diikuti oleh pemain-pemain Bayern yang lain.
Sportivitas seperti yang ditunjukkan Paolo Di Canio dan Oliver Kahn itu, akan membuat seorang atlet menjadi atlet sejati. Menjadi atlet, tak hanya melatih fisik, tapi juga melatih jiwa. Organisasi olahraga dunia seperti FIFA dan lainnya, telah jauh-jauh hari menetapkan sportivitas sebagai ketentuan yang membedakan antara juara sejati dan juara biasa-biasa saja. Karena ini, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan menetapkan sportivitas sebagai tujuan utama O2SN, agar sikap yang mau dan mampu menghargai prestasi orang lain ini bisa melekat di tiap jiwa siswa hingga dia dewasa.
Selamat bertanding siswa-siswi Indonesia. Junjung sikap sportif, agar kemenangan yang kalian raih terasa sempurna!
M. Adib Minanurohim
(Tulisan ini juga dimuat dalam Newsletter O2SN 2015 edisi perdana) source http://dikdas.kemdikbud.go.id/

0 Response to "O2SN Asah Ketangguhan dan Sportivitas Siswa"

Posting Komentar